Saturday, April 28, 2012

Imbangi Stoke City, Arsenal Kukuhkan Peringkat Tiga




Sejak laga digulirkan, Arsenal segera memberi tekanan kepada kubu tuan rumah. Salah satunya dari kerjasama apik antara Robin van Persie dan Yossi Benayoun, yang berhasil memotong aliran bola lawan. Sayang, penyelesaian Benayoun terlalu lemah dan dengan mudah diamankan oleh penjaga gawang Asmir Begovic.
Arsenal kembali mendapat peluang emas membuka keunggulan ketika umpan silang Tomas Rosicky menemukan van Persie di depan gawang. Kapten The Gunners dengan sigap menanduk bola, namun peluang itu digagalkan oleh Begovic berkat aksi penyelamatannya yang cukup brilian.
Kendati tampil cukup menekan, The Gunners justru kebobolan di menit kesepuluh. Wojciech Szczesny tidak kuasa menahan tandukan Peter Crouch yang meneruskan umpan silang Matthew Etherington secara sempurna.
Skuad asuhan Arsene Wenger segera mendapat kesempatan menyamakan kedudukan lewat Aaron Ramsey yang mencoba peruntungannya dari jarak 20 yard. Sayang, bola tendangan Ramsey masih terlalu melebar.
Meski demikian, hanya satu menit berselang, pendukung tim tamu akhirnya bersorak ketika van Persie membawa klub London Utara menyamakan skor. Berawal dari pergerakan apik Benayoun di sisi kiri, pemain pinjaman dari Chelsea itu mengoper bola kepada Rosicky yang segera melepaskan umpan kepada striker Belanda di depan gawang. Sentuhan kecil RVP membawa Arsenal membatalkan keunggulan The Potters sekaligus mencetak gol ke-28 musim ini.
Hingga babak pertama berakhir, Wigan maupun Arsenal tidak berhasil mencetak gol tambahan sehingga kedudukan 1-1 bertahan hingga turun minum.
Di awal babak kedua, Arsenal segera menggebrak dan berupaya mencuri keunggulan atas tuan rumah. Kerjasama Rosicky dan van Persie lagi-lagi nyaris membuahkan gol. Namun, Begovic kembali melakukan penyelamatan krusial dari header Pemain Terbaik Liga Primer Inggris versi PFA musim ini.
Memasuki pertengahan laga, The Gunners kembali mendapat peluang dari van Persie dan Thomas Vermaelen untuk menyegel tiga angka. Namun, upaya tim tamu belum membuahkan hasil.
Kendati terbilang jarang mendapat ancaman di babak kedua, ketangguhan Szczesny di bawah mistar gawang sempat diuji ketika Robert Huth melepaskan tendangan kencang ke arah kiper Polandia. Beruntung bagi Arsenal, Szczesny cukup sigap dalam bereaksi dan mempertahankan skor tetap 1-1.
Masuknya Rory Delap menggantikan Etherington di penghujung laga sempat memberikan ancaman bagi The Gunners. Lemparan jauh Delap di masa injury time nyaris berbuah gol kemenangan The Potters jika saja Bacary Sagna tidak membuang bola liar di depan gawang.
Arsenal pun harus puas dengan hanya memetik satu angka di Britannia Stadium dan menjauhkan diri dari kejaran Newcastle United yang takluk 4-0 dari Wigan Athletic.

Marek Hamsik: Saya Percaya Pada Napoli



Hamsik baru saja memperpanjang kontraknya di Napoli sampai 2016 mendatang. Keputusannya untuk menambah kontrak selama satu tahun lagi setidaknya membuat spekulasi kepindahannya ke klub lain mulai mereda.

Ia menegaskan punya alasan kuat sehingga bersedia bertahan lebih lama lagi di klub Serie A Italia tersebut. Gelandang asal Slowakia itu merasa senang berada di Napoli.


 'Saya memperbarui kontrak saya karena saya percaya pada Napoli, pada komitmen dan masa depan klub ini. Saya juga merasa senang di sini dan tak punya alasan untuk pindah ke klub lain," terangnya pada Sky Sport Italia.

"Saya ingin meraih banyak prestasi bersama klub ini. Sayangnya kami gugur di Liga Champions, tapi mampu tampil baik di kompetisi domestik sepanjang musim ini dan berpeluang meraih gelar Coppa Italia."

Napoli masih harus bersaing ketat dengan Lazio, Udinese, AS Roma dan Inter Milan untuk memperebutkan tempat ketiga, posisi terakhir untuk bisa lolos ke Liga Champions musim depan.

"Apakah kami lebih memilh menjuarai Coppa Italia dibandingkan finis di posisi ketiga Serie A? Saya tak bisa menjawab dengan pasti, yang jelas kami masih berkompetisi di dua ajang tersebut. Fokus utama kami adalah berusaha memenangkan semua sisa pertandingan di musim ini dan melihat apa yang kami capai di akhir musim," pungkasnya.

Vicente Del Bosque Pahami Keputusan Pep Guardiola



Arsitek tim nasional Spanyol, Vicente Del Bosque, mengerti pilihan yang diambil Pep Guardiola untuk meninggalkan kursi entrenador Barcelona pada akhir musim ini.

Keputusan tersebut diumumkan Pep secara resmi kemarin petang. Persona 41 tahun itu mengaku kelelahan setelah empat tahun bertugas menukangi The Catalans, di mana ia sukses mengantar tim meraih 13 trofi, dan ingin beristirahat dari ingar-bingar sepakbola.

“Pep telah membuat keputusan sebagai pelatih Barcelona dan tak ada yang dapat dilakukan kecuali menerima apa yang telah dilakukannya,” kata Del Bosque dikutip EFE.
“Dia berpikir ini adalah yang terbaik untuknya dan untuk Barca. Saya mengerti keputusannya dan saya mengharapkan yang terbaik baginya.”

Asisten Pep, Tito Vilanova, ditunjuk sebagai suksesor dan akan mulai aktif musim depan, namun Del Bosque ogah memberikan pendapat tentang pengangkatan Vilanova.

“Saya bukan orang yang terlibat dengan keputusan yang menjadi hak klub-klub,” tutur eks bos Real Madrid ini.

Friday, April 27, 2012

Semi-Final Liga Champions: Terlalu Prematur Memanggungkan El Clasico Di Partai Puncak

Dua raksasa Spanyol diperkirakan bakal berjibaku di final Liga Champions tahun ini. Berikut ulasan Stefan Coerts dari GOAL.com tentang tersingkirnya Barcelona dan Real Madrid.

 

Di awal kompetisi Liga Champions 2011-12, ada dua tim yang dinilai banyak pihak sebagai kandidat favorit menuju partai puncak: sang juara bertahan Barcelona dan rival mereka Real Madrid. Skuad Catalan berupaya menjadi tim pertama setelah AC Milan di tahun 1990 yang berhasil mempertahankan mahkota Eropa mereka, sementara kubu Los Blancos mengincar trofi Liga Champions ke-10 mereka.


Kedua tim tampil meyakinkan sesuai ekspektasi di babak penyisihan grup, di mana Madrid lolos ke fase gugur dengan catatan sempurna, sedangkan Blaugrana hanya kehilangan dua angka ketika menghadapi Milan.
Babak 16 besar juga tidak menyuguhkan masalah besar bagi kedua klub La Liga Spanyol, dan sepertinya final antara duo Spanyol akan terwujud ketika, tidak seperti tahun lalu, Barca dan Madrid terpisah di laga perempat-final dan semi-final.
Namun, kedua tim menghadapi tantangan yang terduga pada putaran empat besar ketika Barcelona takluk 1-0 di leg pertama oleh Chelsea, sedangkan Bayern Munich memukul Madrid 2-1 di Jerman. Terlepas dari hasil itu, para pengamat cukup yakin keduanya akan memutarbalikkan kekalahan untuk tampil di babak final di Munich, 19 Mei mendatang.
Tapi mereka salah.


Kejayaan Jerman | Schweinsteiger melakukan selebrasi usai mengakhiri impian Real Madrid di Liga Champions

Selasa lalu, Chelsea menampilkan semangat juang luar biasa untuk mengakhiri ambisi Barcelona di Liga Champions kendati dipaksa bermain dengan 10 pemain dan tertinggal dua gol lebih dulu di Camp Nou. Keesokan harinya, Bayern mengejutkan Madrid di Santiago Bernabeu berkat ketenangan mereka kala melakoni adu penalti, setelah nyaris pulang lebih dulu menyusul dua gol Los Blancos di awal laga.
Tersingkirnya kedua tim favorit mengejutkan sebagian besar penggemar sepakbola, meski begitu akan mendapat persetujuan dari kubu netral.
Mengingat lima dari delapan semi-finalis Liga Champions dan Liga Europa berasal dari La Liga, Spanyol sepertinya berhasil melebarkan dominasi mereka di tingkat internasional ke tingkat klub. Akan tetapi, hasil pekan ini membuktikan bahwa liga-liga besar dari negara lain juga masih menjanjikan, dan sepakbola tetaplah salah satu olahraga paling tak terduga dan menegangkan.
KARTUN HARI INI
Platini kebingungan: Presiden UEFA bingung mendekorasi ulang trofi Liga Champions
Salah satu prioritas presiden UEFA Michel Platini sejak mengambil alih kepemimpinan badan sepakbola Eropa pada 2007 lalu adalah memperkecil jarak di ajang Liga Champions.
 Namun, dominasi Barcelona serta kebangkitan Real Madrid agaknya cukup mempersulit pekerjaan supremo asal Prancis itu. Akan tetapi, perkembangan pada tiga hari terakhir sepertinya akan membuat Platini senang.

Kedua laga semi-final bisa saja berakhir lain, tapi fakta bahwa Chelsea dan Bayern yang berhasil merebut tiket final alih-alih skenario Clasico di Munich membuktikan bahwa perwakilan Spanyol tidak memiliki keunggulan yang jauh melebihi kompetitor mereka di Eropa seperti yang tertulis di atas kertas.
Meskipun final Clasico dinilai akan menjadi 'Pertandingan Abad Ini' oleh mayoritas penggemar sepakbola, tersingkirnya Barca dan Madrid secara tidak terduga menunjukkan bahwa Liga Champions masih merupakan turnamen yang kompetitif, dan bukan sekadar ajang lain bagi dua musuh terbesar di Spanyol meluaskan persaingan mereka. Dan hal ini bagus untuk sepakbola.